- Oleh Argafica Putri Sionfa
- 16, Dec 2024
Medialombok.com - Pernikahan merupakan moment sakral yang sangat dinanti-nantikan oleh sebagian besar orang, karena pernikahan adalah proses penyatuan antara dua insan yang saling mencintai. Tetapi akhir-akhir ini angka pernikahan di Indonesia sedang mengalami penurunan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), angka pernikahan di Indonesia mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Berikut adalah data jumlah pernikahan dari tahun 2018 hingga 2023:
Penurunan ini mencapai titik terendah pada tahun 2023, dengan jumlah pernikahan sebanyak 1.577.255, yang merupakan angka terendah sejak 1997/1998.
Berikut adalah beberapa faktor yang berkontribusi terhadap penurunan angka pernikahan di Indonesia antara lain:
1. Peningkatan kemandirian perempuan
Akhir-akhir ini sering kita jumpai quotes dan kabar berita di sosial media yang mengungkapkan bahwa alasan turunnya angka pernikahan di Indonesia, salah satunya karena semakin banyaknya jumlah wanita yang mandiri dan mapan.
Pasalnya di saat wanita sudah terlanjur nyaman dengan karier nya, maka dia akan terus fokus demi meningkatkan pencapaian karirnya dan cenderung mengesampingkan urusan percintaannya. Mungkin saja hal tersebut dapat membuat pria yang mencoba mendekatinya merasa minder.
Bagi wanita yang sedang berfokus pada karirnya dia tidak akan terburu-buru dalam soal percintaan, karena wanita karir tidak ingin fokusnya pada karir terpecah dan terganggu dengan urusan percintaannya.
Maka dari itu wanita karir lebih memilih untuk berfokus pada diri sendiri terlebih dahulu seperti mengembangkan potensi diri, meneruskan pendidikan, berkarir hingga mementingkan tujuan hidup pribadi lainnya.
2. Angka Perceraian Yang Meningkat
Penyebab turunnya angka pernikahan di Indonesia salah satunya karena banyak melihat kasus perceraian yang semakin meningkat. Terutama banyak melihat kasus perceraian dari orang-orang terdekatnya seperti keluarga, saudara maupun teman-temannya.
Hal tersebut dapat membuat seseorang semakin takut untuk menikah, tetapi bukan berarti tidak ingin menikah seumur hidup hanya saja belum mempunyai kesiapan yang matang baik secara fisik maupun mental.
Meningkatnya jumlah kasus perceraian di Indonesia biasanya disebabkan oleh beberapa masalah seperti ekonomi, KDRT, perselingkuhan dan lainnya.
Dari melihat beberapa penyebab kasus perceraian membuktikan bahwa pernikahan membutuhkan berbagai kesiapan yang matang baik dari segi ekonomi, individu dan komitmen yang kuat agar dapat menciptakan kehidupan rumah tangga yang bahagia.
3. Faktor Ekonomi
Banyak orang beranggapan bahwa mencapai stabilitas finansial atau kesuksesan karir sebelum menikah adalah hal yang ideal. Untuk itu, mereka sering kali menuntut diri dengan keras, berharap meraih kesuksesan dalam waktu singkat. Namun, kenyataannya, jalan menuju sukses tidak selalu mulus. Setiap orang akan menghadapi tantangan dan kendala yang tak terduga di sepanjang perjalanan karirnya.
4. Terpengaruh Sosial Media
Akhir-akhir ini di sosial media banyak konten berisikan kata-kata marriage is scary yang mempunyai arti pernikahan itu menakutkan, banyak sekali yang membuat konten tersebut dengan tujuan memberitahukan kepada orang-orang yang belum menikah terutama untuk wanita bahwa pernikahan tidak selamanya seindah yang dibayangkan.
Dari konten marriage is scary banyak sekali pasangan terutama pihak laki-laki yang sikapnya berubah setelah menikah. Misalnya sebelum menikah mempunyai sikap yang lembut, tetapi setelah menikah berubah menjadi seseorang yang mudah marah dan bertindak hingga berbicara secara kasar. Tentu saja hal tersebut dapat mengejutkan pihak wanita.
Berbagai kisah pengalaman berumah tangga dari pembuat konten marriage is scary dapat membuat wanita untuk semakin berhati-hati dalam memilih pasangan hidup, lebih baik terlambat menikah daripada terburu-buru menikah dengan orang yang salah.
Jangan jadikan usia yang tidak lagi muda atau desakan dari keluarga sebagai alasan terburu-buru untuk menikah. Carilah pasangan yang mempunyai rasa tanggung jawab, mampu melindungi dan menghargai pasangannya.
Itulah beberapa faktor yang berkontribusi pada penurunan angka pernikahan di Indonesia. Wajar jika sebagian orang merasa takut, khawatir, atau cemas, bahkan mungkin merasakan trauma setelah menyaksikan kegagalan rumah tangga di sekitar mereka.
Namun, di sisi positifnya, kesadaran akan pentingnya kesiapan mental dan finansial sebelum menikah semakin meningkat. Banyak dari mereka yang belum menikah kini memahami bahwa perencanaan yang matang adalah kunci untuk membangun kehidupan pernikahan yang bahagia dan harmonis.