Bahagia Saat Melihat Orang Lain Kesusahan? Waspadai Gejala Schadenfreude


[Pengertian Schadenfreude dan Cara Mengatasinya]

Medialombok.com - Schadenfreude merupakan sebuah kata yang berasal dari negara Jerman. Schadenfreude sendiri merupakan gabungan dari dua kata schaden yang memiliki arti "kerugian" dan freude yang memiliki arti "kegembiraan". Jika kedua kata digabungkan maka memiliki arti gembira saat melihat orang lain merasakan kerugian, kegagalan dan hal buruk lainnya yang menimpanya. 

Schadenfreude adalah sikap negatif di mana seseorang merasakan kebahagiaan atau kepuasan saat melihat orang lain mengalami kesulitan. Meskipun terdengar kejam, kenyataannya banyak orang tanpa disadari pernah merasakan perasaan ini, bahkan di tengah rasa empati.

Sikap schadenfreude tidak terbatas pada usia atau latar belakang, dan muncul dalam berbagai situasi. Beberapa faktor yang mendorong munculnya sikap ini antara lain adalah rasa cemburu, persaingan, atau ketidakpuasan terhadap diri sendiri. Misalnya, seseorang mungkin merasa puas ketika melihat pesaing mengalami kemunduran, atau merasa sedikit lebih baik tentang dirinya saat melihat orang lain menghadapi tantangan.

Berikut adalah beberapa faktor yang sering memicu terjadinya schadenfreude dalam diri seseorang, serta cara untuk menyadari dan mengelola perasaan ini agar tidak berkembang menjadi perilaku negatif.

Faktor-Faktor Pemicu Munculnya Gejala Schadenfreude 

1. Iri Hati

Mempunyai rasa iri hati kepada orang lain atas pencapaian ataupun hal lainnya juga dapat menjadi salah satu faktor pemicu munculnya sikap schadenfreude. Karena rasa iri hati ketika melihat orang lain merasa bahagia. Maka penderita gejala schadenfreude akan mudah merasa kesal, benci, marah bahkan tidak bisa menerima bahwa orang lain lebih bahagia dibandingkan dirinya.

Begitu juga sebaliknya jika melihat orang yang bisa membuat dirinya iri sedang mengalami nasib malang atau berada di situasi yang terpuruk, dia akan merasakan kebahagiaan dan ketenangan. Meski tampak dari luar bisa terlihat seperti berempati dan seolah-olah peduli, namun di dalam hati dan pikiran merasakan kegembiraan dan ketenangan.

Bisa dikatakan orang yang mengalami schadenfreude pandai dalam bersandiwara dan bermuka dua, untuk itu kita perlu meningkatkan kewaspadaan. Karena sikap schadenfreude tidak selalu bisa dilihat secara langsung.

2. Sakit Hati 

Salah satu faktor utama yang dapat memicu munculnya schadenfreude adalah dendam pribadi. Misalnya, seseorang yang pernah merasa direndahkan oleh orang lain karena pencapaian yang dipamerkan hingga menimbulkan rasa minder atau sakit hati. Saat mendengar bahwa orang yang pernah merendahkannya mengalami kesulitan, kerugian, atau bahkan kebangkrutan, ada kecenderungan bagi mereka untuk merasakan kepuasan terselubung, menganggap bahwa kesialan tersebut sebagai “karma” yang sepadan.

Oleh karena itu, untuk mencegah orang lain merasa schadenfreude terhadap kita, penting bagi kita untuk bersikap bijak dalam berucap dan bertindak. Berhati-hati dalam menyampaikan pencapaian dan selalu menjaga perasaan orang lain dapat membantu menghindari situasi di mana orang lain merasa tersinggung atau tersakiti. Dengan begitu, kita juga berkontribusi dalam menciptakan hubungan yang sehat dan saling menghargai.

3. Persaingan 

Persaingan dalam dunia kerja juga dapat membuat seseorang mempunyai sikap schadenfreude, dia tidak ingin melihat orang lain lebih unggul darinya dan merasa bahwa dirinya sendiri yang paling pantas dan layak untuk menjadi unggul di tempat kerjanya.

Gejala penderita schadenfreude selalu mementingkan dirinya sendiri dan terkesan egois, suka mengancam bahkan mengatur orang lain tetapi tidak suka jika ada orang lain yang mengritik atau bahkan mencoba untuk mengaturnya. Penderita schadenfreude hanya akan mendengarkan dan menuruti perintah dari orang-orang yang bisa memberikan keuntungan bagi dirinya.

Saking egoisnya, ada orang yang justru merasa bahagia saat melihat rekan kerjanya mengalami kesulitan, meskipun kesalahan yang terjadi sebenarnya sepele. Alih-alih mendukung atau membantu, ia malah berusaha menakut-nakuti rekannya dan membuatnya merasa semakin bersalah. 

Tindakan ini bukan hanya memperburuk suasana kerja, tetapi juga menunjukkan ketidakpedulian dan kurangnya empati terhadap orang lain. Sikap seperti ini bisa merusak hubungan kerja dan menciptakan lingkungan yang kurang nyaman serta menghambat kerja sama tim yang seharusnya mendukung kemajuan bersama.

 

Cara Mengatasi Schadenfreude

1. Fokus pada Diri Sendiri 

Tenyata iri hati merupakan faktor penyebab utama munculnya sikap schadenfreude terbanyak bagi sebagian orang, agar tidak mudah merasakan iri hati terus menerus kepada orang lain. Lebih baik jangan selalu melihat kehidupan orang lain yang tampak lebih baik dan bahagia.

Daripada terus-menerus melihat dan membandingkan hidup kita dengan orang lain, lebih baik kita fokus pada pencapaian diri sendiri. Carilah kesibukan dan aktivitas yang bermanfaat agar tidak ada waktu untuk memperhatikan kehidupan orang lain secara berlebihan.

Orang yang fokus pada pengembangan diri cenderung tampak lebih bahagia dan bebas dari beban karena mereka selalu berusaha bersyukur dengan apa yang dimiliki. Berbeda dengan mereka yang sering merasa iri saat melihat kebahagiaan orang lain, mereka justru akan merasa semakin terbebani oleh perasaan tersebut.

2. Meningkatkan Kesadaran 

Setiap orang memiliki hati nurani, saat melakukan perbuatan yang salah pasti hati nuraninya sadar dan merasakan bahwa tindakan tersebut tidak benar. Begitupun dengan sikap schadenfreude yang senang ketika melihat orang lain yang kesusahan, sudah jelas sekali bahwa hal tersebut salah.

Meskipun kita tidak terlalu menyukai seseorang karena mungkin ada kesalahan yang pernah dia lakukan, tetapi saat melihat orang tersebut sedang mengalami kesulitan lebih baik untuk ikut merasakan empati bukan malah senang hati. Belajarlah memaafkan kesalahan orang lain dalam diam, meskipun orang yang bersangkutan tidak meminta maaf demi ketenangan hati.

Jangan karena kesalahan orang lain membuat diri kita sering merasakan schadenfreude, jika selama ini tanpa kita sadari sudah sering melakukan schadenfreude lebih baik segera menghentikan kebiasaan tersebut.

3. Mengubah Pola Pikir 

Untuk dapat mengatasi schadenfreude mulailah mengubah cara berpikir atau sudut pandang kita terhadap orang lain. Jangan menganggap kemampuan yang dimiliki orang lain sebagai ancaman lalu menganggap orang lain sebagai saingan.

Karena pada dasarnya tidak ada seseorang yang ingin bersaing dengan orang lain, mereka hanya berusaha mencapai keinginan atau harapannya dengan bermodalkan kepercayaan pada kemampuan yang dimilikinya.

Sederhananya sikap schadenfreude sama seperti memberikan rasa puas dan ketenangan pada diri sendiri, tetapi tidak berarti membenarkan tindakan schadenfreude yang bahagia ketika melihat orang lain yang sedang mengalami kesusahan. (Fica)

 


Mungkin anda suka