- Oleh admin
- 20, Dec 2024
Mataram, medialombok.com - Krisis air bersih di tiga gili utama di Lombok, yaitu Gili Trawangan, Gili Meno, dan Gili Air, terus memburuk dan mulai berdampak signifikan terhadap sektor pariwisata. Masalah ini memaksa banyak pengusaha hotel dan restoran mengalami kerugian besar setiap harinya, dengan beberapa di antaranya terpaksa mempertimbangkan penutupan properti mereka.
Krisis air ini terjadi setelah Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencabut izin aktivitas pengeboran air bersih yang selama ini dikelola oleh PT Tiara Cipta Nirwana (TCN). Perusahaan tersebut sebelumnya memasok air bersih melalui proses desalinasi (penyulingan air laut). Kini, tanpa pasokan air dari TCN, para pengusaha di tiga gili harus membeli air dari pihak ketiga, dengan biaya mencapai Rp 4,5 juta per tangki berkapasitas 5.000 liter, yang diangkut dari Pelabuhan Bangsal ke gili menggunakan kapal.
Menurut Vicky Hanoi, Sekretaris Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Lombok Utara, pengusaha hotel dan restoran di tiga gili terpaksa mengeluarkan biaya operasional tambahan yang besar hanya untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Rata-rata pengeluaran mereka mencapai Rp 10 juta hingga Rp 15 juta per hari, dan ini menyebabkan kerugian yang signifikan.
Selain berdampak pada pendapatan bisnis, krisis ini juga mengancam 4.000 tenaga kerja di tiga gili, yang berpotensi kehilangan pekerjaan jika masalah ini terus berlarut-larut. Krisis ini bukan hanya soal pasokan air, tetapi juga merusak citra pariwisata di kawasan tiga gili. Wisatawan, baik domestik maupun internasional, menjadi enggan mengunjungi lokasi tersebut karena isu air yang merebak.
Jika situasi ini tidak segera diatasi, dampak negatifnya akan meluas, tidak hanya pada pengusaha, tetapi juga pada ekonomi masyarakat Lombok Utara yang bergantung pada sektor pariwisata di tiga gili.