Damaskus, medialombok.com – Setelah berkuasa selama 24 tahun, rezim Bashar al-Assad resmi berakhir. Kejatuhan ini dipicu oleh serangkaian kekalahan militer, krisis ekonomi yang semakin parah, dan melemahnya dukungan dari sekutu-sekutu utama seperti Rusia dan Iran.
Serangan Terakhir yang Menentukan
Kemenangan pemberontak dari koalisi Free Syrian Army (FSA) dan Hayat Tahrir al-Sham (HTS) berhasil merebut kota-kota penting seperti Aleppo dan Damaskus dalam operasi militer yang dimulai pada awal November 2024.
“Ini adalah momen yang kami perjuangkan selama lebih dari satu dekade,” ujar Ahmed al-Khatib, juru bicara FSA, dalam wawancara dengan Al Jazeera. “Rakyat Suriah akhirnya dapat menghirup udara kebebasan setelah bertahun-tahun ditindas.”
Sementara itu, seorang warga Damaskus, Fatima Al-Ali, menggambarkan suasana haru dan gembira di ibu kota setelah pengumuman kejatuhan rezim. “Kami menanti hari ini dengan penuh harapan. Semoga ini awal dari kedamaian dan rekonstruksi Suriah,” ujarnya kepada Reuters.
Faktor-Faktor Penyebab Kejatuhan
Pengamat politik Timur Tengah, Dr. Lina Mansour dari Universitas Beirut, menjelaskan bahwa beberapa faktor berperan besar dalam kejatuhan Assad. “Selain kekalahan militer, krisis ekonomi yang melanda Suriah mempercepat runtuhnya rezim. Rakyat sudah tidak tahan dengan inflasi tinggi, kelangkaan bahan pokok, dan korupsi yang merajalela.”
Selain itu, dukungan dari Rusia mulai goyah akibat keterlibatan mereka dalam konflik Ukraina. “Keterbatasan sumber daya militer Rusia membuat mereka sulit untuk terus menopang Assad,” tambah Dr. Mansour dalam laporan yang dikutip dari Financial Times (ft.com).
Reaksi Internasional
Dunia internasional merespons kejatuhan rezim Assad dengan berbagai pernyataan. Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, menyatakan harapan untuk masa depan Suriah yang lebih damai. “Kami mendesak semua pihak untuk bekerja menuju rekonsiliasi nasional dan menghormati hak asasi manusia,” ujarnya dalam konferensi pers di New York.
Sementara itu, Presiden AS, Joe Biden, menyatakan dukungan untuk proses transisi di Suriah. “Kami siap membantu rakyat Suriah membangun kembali negara mereka dan memastikan keadilan bagi semua korban perang,” ujarnya dilansir dari The Washington Post.
Nasib Bashar al-Assad
Hingga saat ini, keberadaan Bashar al-Assad masih menjadi spekulasi. Beberapa laporan menyebutkan ia telah melarikan diri ke Rusia bersama keluarga dan beberapa pejabat penting lainnya. Namun, belum ada konfirmasi resmi dari pihak berwenang Rusia.
Seorang mantan pejabat Suriah yang tidak ingin disebutkan namanya menyatakan kepada The Guardian, “Assad tahu bahwa waktunya sudah habis. Ia kehilangan dukungan dari semua pihak, termasuk dari lingkaran terdekatnya.”
Masa Depan Suriah
Dengan berakhirnya kekuasaan Assad, Suriah memasuki babak baru yang penuh tantangan. Proses rekonstruksi, penyatuan kembali berbagai faksi, dan keadilan bagi korban perang menjadi agenda mendesak.
“Ini bukan akhir dari perjuangan,” kata Rima Khalil, aktivis HAM dari Syrian Observatory for Human Rights. “Tapi ini adalah awal dari harapan baru bagi Suriah yang bebas dari penindasan.”