- Oleh Yayang Nanda Budiman
- 09, Dec 2024
Medialombok.com - Jika sekarang kita mengetahui Rinjani sebagai salah satu gunung tercantik di Indonesia, mungkin tidak ada salahnya untuk mengetahui sejarah terbentuknya kecantikan gunung tersebut. Gunung Samalas (Sekarang Rinjani), yang saat ini menjadi bagian dari kompleks Gunung Rinjani di Pulau Lombok, Indonesia, tercatat sebagai salah satu gunung berapi yang mengalami letusan terdahsyat dalam sejarah. Letusan dahsyat ini terjadi sekitar tahun 1257 Masehi, dan memengaruhi tidak hanya masyarakat lokal di Lombok tetapi juga mengubah iklim global pada saat itu. Penelitian ilmiah yang lebih mendalam tentang letusan ini baru ditemukan dalam beberapa dekade terakhir melalui penggalian arkeologi, analisis lapisan es, serta catatan sejarah dari berbagai belahan dunia.
Sebelum letusan, masyarakat di sekitar Gunung Samalas hidup dengan tradisi pertanian yang kuat, memanfaatkan tanah vulkanik yang subur di kaki gunung untuk menanam padi dan tanaman pangan lainnya. Mereka dikenal sebagai bagian dari peradaban kuno Kerajaan Lombok, yang mendiami wilayah ini sejak masa lampau. Bukti arkeologis menunjukkan bahwa masyarakat di Lombok sebelum letusan hidup dalam struktur sosial yang terorganisir, dengan sistem pertanian dan perikanan yang berkembang di sekitar perairan Lombok.
Namun, keadaan berubah drastis pada tahun 1257 ketika Gunung Samalas mengalami letusan yang dahsyat. Letusan ini tercatat dalam sejarah sebagai salah satu yang paling kuat, dengan perkiraan skala VEI (Volcanic Explosivity Index) sebesar 7, yang menjadikannya setara dengan letusan Gunung Tambora pada tahun 1815.
Letusan Gunung Samalas pada tahun 1257 mengeluarkan sejumlah besar material vulkanik, diperkirakan sekitar 40 kubik kilometer abu dan batuan piroklastik. Kolom erupsi diperkirakan mencapai ketinggian lebih dari 43 kilometer, menyebarkan abu vulkanik hingga mencapai lapisan stratosfer. Selain abu, letusan ini juga melepaskan gas sulfur dioksida dalam jumlah besar, yang kemudian menyebar ke atmosfer bumi.
Kehancuran di sekitar Lombok tak terhindarkan. Desa-desa di sekitar Gunung Samalas terkubur di bawah lapisan abu yang tebal, dan sungai-sungai di sekitarnya meluap karena aliran lahar. Masyarakat yang tidak sempat mengungsi kemungkinan besar tewas tertimbun atau terpapar gas beracun yang dihasilkan oleh letusan.
Setelah letusan, lanskap di sekitar Lombok berubah drastis. Kawah besar yang kini dikenal sebagai Segara Anak terbentuk di puncak Gunung Rinjani, dan aktivitas vulkanik masih terus terjadi di wilayah ini. Masyarakat yang selamat dari bencana ini harus menghadapi lingkungan yang sangat tidak mendukung. Pertanian hancur total, tanah tertutup oleh lapisan abu yang tebal, sementara sumber daya air terkontaminasi oleh debu vulkanik.
Letusan ini juga menyebabkan penurunan suhu global yang signifikan, sebuah fenomena yang dikenal sebagai "Volcanic Winter" atau musim dingin vulkanik. Gas sulfur dioksida yang dilepaskan ke atmosfer bereaksi dengan uap air dan membentuk aerosol sulfat, yang memantulkan sinar matahari dan menyebabkan suhu bumi turun secara global. Catatan sejarah dari Eropa, Timur Tengah, hingga Asia mencatat adanya musim dingin ekstrem yang menyebabkan gagal panen dan kelaparan dalam beberapa tahun setelah letusan Samalas. Analisis lapisan es dari Greenland dan Antartika juga mengkonfirmasi adanya lonjakan aerosol sulfat pada tahun 1258, yang terkait dengan letusan ini.
Dampak global dari letusan Samalas sangat signifikan. Penurunan suhu di berbagai belahan dunia menyebabkan anomali iklim yang parah. Di Eropa, tahun 1258 dikenal sebagai salah satu tahun dengan musim dingin terberat, di mana salju turun lebih awal dari biasanya dan gagal panen terjadi secara luas. Hal ini menyebabkan kelaparan besar dan kerusuhan sosial di banyak wilayah. Sementara itu, di Asia, catatan sejarah dari Dinasti Song di Cina juga mencatat adanya cuaca anomali yang menyebabkan krisis pangan.
Letusan Samalas menjadi salah satu faktor alam yang berkontribusi pada ketidakstabilan sosial dan politik di banyak wilayah dunia pada abad ke-13. Selain dampak sosial, letusan ini juga mengubah lanskap geologi Lombok dan sekitarnya. Kawah Segara Anak dan Gunung Barujari, yang saat ini menjadi ikon wisata di Lombok, adalah bukti nyata dari perubahan besar yang terjadi akibat letusan ini.
Letusan Gunung Samalas pada tahun 1257 adalah salah satu peristiwa vulkanik terbesar dalam sejarah, yang mempengaruhi kondisi lokal di Lombok hingga dampak global terhadap iklim dunia. Masyarakat yang hidup sebelum letusan mengalami keruntuhan peradaban, sementara dunia merasakan dampaknya melalui perubahan iklim yang menyebabkan kelaparan dan krisis sosial di berbagai wilayah. Letusan ini meninggalkan jejak yang mendalam, baik secara lokal maupun global, dan mengingatkan kita akan kekuatan dahsyat alam yang mampu mengubah jalannya sejarah manusia.